Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) akan terus melakukan normalisasi aliran sungai yang berada di Sei Bamaang di Jalan Pramuka Sampit. Hal ini dilakukan karena ada sejumlah kawasan di Kota Sampit yang sering tergenang oleh air.
“Bapak Bupati menginstruksikan untuk menurunkan alat atau tim untuk melakukan aksi secepatnya atau darurat, karena akhir-akhir ini sering terjadi hujan dan ada beberapa drainase kita yang mengalami kendala,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Kontruksi, Perumahan Rakyat dan Pemukiman Kotim, Mentana Dinar, 14 Januari 2024.
Pemkab Kotim melakukan aksi darurat di Sei Baamang Jalan Pramuka, karena aliran air tidak berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan karena banyaknya rumput liar dan dangkal menjadi salah satu faktor air tergenang di sejumlah kawasan karena tidak dapat mengalir dengan baik setelah diguyur hujan.
“Sampai saat ini masih ada beberapa titik yang tergenang oleh air seperti didaerah Kelurahan Sawahan bahkan ada Sekolah Dasar yang juga tergenang sehingga menggangu aktivitas belajar mengajar. Tentunya kami akan mengupayakan secepat mungkin agar dapat kembali normal lagi,” ucapnya.
Aksi menormalisasikan Sei Baamang di kawasan Wengga Metropolitan masih ada beberapa kendala, salah satunya pembersihan air tertarik semua ke selatan, di daerah Jaya Wijaya juga sampai saat ini tidak dapat dilakukan pembersihan karena adanya bangunan milik warga yang menjorong ke arah aliran air.
“Untuk di Wengga masih banyak kendala sehingga masih ada yang perlu diselesaikan. Untuk aksi darurat Sei Bamaangan di Jalan Pramuka ini, kami akan mencoba membendung atau menambat dengan harapan kita dapat membagi arus airnya sehingga tidak terfokus di satu tempat saja dan membuat genangan air,” sebutnya.
Pihaknya juga akan melakukan koordinasi bersama dengan aparat setempat seperti Camat dan Lurah kemudian juga dengan tokoh masyarakat, sesuai dengan instruksi yang diarahkan oleh Bapak Bupati Kotim, H. Halikinnor. Ini untuk tindak lanjut pengendalian agar tidak terjadi genangan air.
Untuk normalisasi sampai daerah muara masih belum dapat dilakukan karena adanya beberapa kendala, seperti contohnya yaitu adanya atribut kampanye yang tiangnya berada di aliran air, banyakya sampah, dan adanya bangunan masyarakat yang menjorong ke alir air.