Sejumlah elemen masyarakat Mandailing Natal (Madina) mengecam keras serangkaian aksi teror, intimidasi dan ancaman yang dialamatkan kepada para guru honorer yang berjuang memperjuangkan hak dan keadilan dalam kisruh seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Demikian rilis yang diterima oleh Media (21/01/2024) dalam pernyataan bersama 4 (empat) elemen masyarakat Madina terhadap aksi teror kepada guru honorer yang terdiri dari Sodigas (Solidaritas Guru Tertindas), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Gerakan Jitu Aktivis Mahasiswa (Gejam) dan Komite Mahasiswa dan Pemuda Mandailing Natal (KOMA PEMUDA MADINA)
Ketua Bidang Infokom Sodigas (Solidaritas Guru Tertindas) Amwaluddin S.Pd, kepada media mengungkapkan bahwa sejumlah guru honorer telah mendapatkan teror, intimidasi dari oknum kepala sekolah, korwil, dan pihak tertentu agar para guru honorer mundur dan tidak lagi melanjutkan perjuangan menuntut keadilan dalam seleksi PPPK ini baik lewat aksi demo, pernyataan, menyurati pihak-pihak terkait dll. Bila tetap bersikeras, para guru tersebut ditakut-tajuti akan didata oleh Dinas Pendidikan, penghapusan data Dapodik bahkan diancam dengan sanksi pemecatan selaku guru TKS (Tenaga Kerja Sukarela) Dinas Pendidikan Madina.
“Pengakuan rekan-rekan guru, dalam beberapa waktu belakangan ini mereka diteror lewat telpon atau pesan pribadi, bahkan dijumpai langsung oleh pihak tertentu agar mundur dari barisan guru honorer yang ikut demo beberapa pekan belakangan ini. “Sungguh tak henti para guru ini terus dizalimi. Teror telah memukul mental dan menciutkan nyali para guru, karna dibayangi ketakutan dan ancaman” sesal Amwal yang juga salah satu Koordinator Aksi demo.
Adanya aksi teror tsb, ujar Amwar seakan mengkonfirmasi adanya kebenaran yang ditutupi dengan trik permainan kotor dalam seleksi PPPK sehingga mereka merasa panik dan telah “kebakaran jenggot” dengan vulgarnya kebobrokan mereka sendiri yang akan terkuak.
Namun pihaknya, lanjut Amsal akan tetap solid, semangat dan tak akan kendor dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam kisruh PPPK ini. “Teror ini kami anggap hanya sebagai penambah nutrisi dan penguat stamina dalam nadi perjuangan ini” ujarnya
Sedangkan, Ketua Bidang Polhukam PD GPI (Gerakan Pemuda Islam) Abdul Majid Nasution mengutuk keras aksi teror yang massif dilancarkan kepada para guru honorer.
“Kita mengutuk keras teror ini. Ini hanyalah atraksi konyol dalam membungkam aspirasi para guru, dan tak akan berhasil. Teror itu tak akan menyelesaikan masalah, namun memperuncing persoalan. Apapun bentuk teror, apalagi kepada para guru yang kita hormati adalah perbuatan zalim yang tak bisa ditolerir dari segi apapun” ujar Majid yang mantan aktivis HMI Universitas Padjarajan ini.
Sementara Ketua Gerakan Jitu Aktivis Mahasiswa (GEJAM MADINA) Awaluddin Lubis, SH menyatakan teror dan intimidasi kepada guru honorer adalah bentuk premanisme yang harus dilawan seluruh masyarakat. Dia juga mengilustrasikan bahwa iklim demokrasi di Madina telah dicabik cabik dengan cara-cara kotor dan teror.
“Teror ini merupakan ancaman serius bagi demokrasi dan keterbukaan informasi publik serta telah menelanjangi hak berserikat dan berkumpul menyuarakan aspirasi secara bertanggungjawab sesuai amanat UU. Kita meminta kepada pelaku teror untuk menghentikan aksinya serta dapat bertaubat, dan tidak menzalimi para guru dengan sikap arogansi, hegemoni, kooptasi dan pamer kekuasaan. Ingat duhai pelaku teror bahwa dunia ini berputar. Jangan semena-mena dan angkuh” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Umum KOMA PEMUDA MADINA (Komite Mahasiswa dan Pemuda Mandailing Natal) Roni Rahmat Hasibuan dengan tegas mengecam prilaku tak terpuji dari oknum pelaku teror tersebut. Roni mengaku terperanjat, ditengah dunia modernisasi yang ditandai dengan kebebasan berdemokrasi, ternyata di Madina masih diwarnai dengan budaya “gut_gut” dan anggar jago dari pelaku teror tsb.
“Dunia sudah maju dan modern. Atraksi teror adalah warisan orde baru yang sudah kadaluarsa dan tidak relevan dipakai pada zaman now. Teror merupakan tindakan primitif, biadab, barbar dan sangat menjijikkanmenjijikkan, “ulas mahasiswa Universitas Malikus Saleh Aceh ini.
Roni meminta kepada para guru yang terzalimi untuk tetap solid, dan tak boleh takut menyuarakan kebenaran serta dapat mengadukan kasus teror tersebut ke pihak berwajib untuk diproses hukum.
“Teror dalam bentuk apapun, tak boleh kita biarkan hidup dan berkembang di bumi gordang sambilan. Ini negara hukum, siapapun yang melakukan teror berarti melawan hukum” ujarnya.
Pihaknya juga menyatakan, siap mendukung dan mendampingi para guru dalam melawan segala bentuk teror yang gencar dilakukan pihak tertentu kepada para guru honorer.
“Kita heran kenapa para pelaku teror ini begitu kalap dan takut, sampai begitu agresif melancarkan aksi teror kepada para guru. Apakah mungkin mereka itu oknum calo PPPK, pelaku mal administrasi atau terlibat dalam skandal PPPK yang menghebohkan republik ini,”pungkasnya.