Site icon MentayaNet

DPRD Seruyan Akan Rangkul Pemkab Guna Membantu Petani Budidaya Kopi

DPRD SERUYAN

DPRD Seruyan diketahui sedang melakukan pemantauan harga biji kopi yang tergolong tinggi, serta jadi perhatian pemerintah daerah untuk mengembangkan tanaman kopi yang dapat menjadi program pemberdayaan para petani kopi yang ada di Seruyan. 

Dalam pantauan awak media MentayaNet.com anggota DPRD Seruyan Atinita turut memberikan komentar mengenai harga biji kopi di Seruyan mencapai Rp40 ribu per kilogram.

Photo : Ilustrasi dari budidaya kopi yang dapat dikembangkan di Kab.Seruyan

“Saya juga menanam kopi dan ini sangat prospektif untuk dikembangkan. Saya harap pemda bisa membidik ini sebagai upaya pemberdayaan para petani kopi di Seruyan,” ungkapnya kepada MentayaNet.com.

Baca Juga : DPRD Seruyan Ajak Pemkab Untuk Gandeng PBS Laksanakan Pasar Murah

Menurutnya, tanaman kopi sangat bagus dikembangkan di daerah pemilihan (Dapil) III yakni Kecamatan Seruyan Tengah, Seruyan Hulu, Batu Ampar, dan Suling Tambun.

Di wilayah tersebut, selain rotan dan karet, tidak sedikit warganya yang menanam kopi. Namun saat ini tanaman kopi masih tidak dibudidayakan dengan baik, hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dan keseriusan pemerintah dalam pengembangan tanaman kopi.

“Harga kopi di Dapil III saat ini cukup tinggi di pasaran, dengan potensi tersebut kami minta pemerintah setempat untuk membantu petani memaksimalkan pengelolaan kebun mereka,” ujarnya.

Baca Juga : Balap Liar di Kotim Bikin Resah Pengguna Jalan Umum !

Banyak hal yang dihadapi para petani kopi di wilayah tersebut. Meski harganya tinggi, namun hasil panen mereka belum maksimal.

Photo : Ilustrasi dari pemutikan buah kopi yang siap di olah

“Ditambah lagi status kebun mereka masuk ke kawasan hutan dan ini jadi penghambat,” katanya

Menurut Politikus partai Golkar ini, persoalan ini sebenarnya bisa diatasi dengan mengusulkan pelepasan wilayah tersebut ke pemerintah pusat. Sehingga petani bisa memaksimalkan lahan mereka kembali yang diharapkan dapat membantu perekonomian di wilayah setempat.

“Kalau terkait pemasaran tidak jadi masalah, karena sudah ada pembeli dari Pontianak yang siap menampung kopi hasil panen masyarakat setempat dengan harga cukup,” ujarnya.

Exit mobile version