Site icon MentayaNet

SPBU Simpang Bangkal Tutup Berulang, Warga Kesulitan Akses BBM Bersubsidi

SPBU Simpang Bangkal

Warga Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya dan karyawan perusahaan bekerja di sekitar SPBU PT Erica Salsabila serta warga yang melintas, mengeluhkan seringnya SPBU tutup. 

SPBU yang biasanya melayani warga Desa Bangkal yang letaknya di lintas jalan provinsi dekat simpang Bangkal pantauan media ini beberapa bulan terakhir sering tutup.

“Dulu masih lumayan, walaupun jam bukanya kadang tidak menentu, masih bisa saja beli BBM di SPBU. Sekarang kalau siang, jarang terlihat buka. Soalnya sering bolak balik memantau apakah buka atau tidak, untuk bisa beli di SPBU, ternyata tak buka,”ungkap warga warga yang enggan menyebutkan namanya.

 

Menurutnya, setiap SPBU tersebut operasional, namun selalu antre. Setiap buka, antrean mobil pribadi maupun angkutan umum serta para pelangsir memadati SPBU tersebut.

“Giliran antreannya sudah sepi dan pertalitenya pun habis. Dan terkadang hanya tinggal pertamax. Padahal, ingin menghemat pengeluaran dengan membeli pertalite,” ungkapnya yang merupakan salah satu guru honor di wilayah itu.

Dia mengakui, penjual BBM di Pertamini atau Pom Mini bertebaran, sehingga untuk ketersediaan mudah saja dicari. Hanya saja, harganya jauh lebih mahal karena sama dengan harga pengecer yang berjualan menggunakan botol atau jirigen.

“Bagi yang gajinya besar, mungkin tak masalah beli di Pom Mini. Bagi saya, selisih 1.000 rupiah cukup menguras kantong, karena pulang pergi tiap hari memerlukan BBM,” imbuhnya.

Hal tersebut, juga di keluhkan pedagang pentol keliling, yang biasa berjualan pentol menggunakan sepeda motor keliling ke perusahaan perkebunan kelapa sawit.

“Dulu sebelum banyak Pom Mini mudah saja membeli di SPBU, baik pertalite maupun pertamax. Sekarang, susah mendapatkan minyak bersubsidi,” tutur Toyo seorang pedagang pentol keliling.

Maraknya pom mini, diduga membuat persediaan BMM cepat habis karena hasil pelangsir dijual ke pom mini sehingga tak sempat lagi melayani masyarakat umum yang hendak membeli ke SPBU dengan harga standar yang ditetapkan pemerintah pusat.

“Harapan kami SPBU jangan mengutamakan para pelangsir dulu yang mana mereka untuk dijual kembali. Harusnya mengutamakan atau melayani pembeli umum, yang benar-benar membutuhkan BBM untuk sarana transportasi sehar-hari,” pungkasnya.

Exit mobile version