banner 130x650

Jika Sampai 21 Nopember 2025, PT KLR Tidak Memberikan Kepastian Plasma, AMPLAS 119 Akan Demo Besar-besaran

Amplas

Aliansi Masyarakat Peduli Plasma 119 (AMPLAS 119) yang terdiri dari 31 koperasi dengan total anggota 12.479 orang, menyatakan sikap tegas untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat terkait dengan plasma sawit.

“AMPLAS 119 menuntut realisasi plasma 20% dari perusahaan sawit untuk masyarakat sekitar, sesuai dengan peraturan yang berlaku,” tegas Audy Valent Ketua AMPLAS 119 Kotim.

Dalam pernyataan sikapnya, AMPLAS 119 menegaskan bahwa jika tuntutan mereka tidak dipenuhi oleh pemerintah dan perusahaan sawit.

“Kami akan melakukan demo besar-besaran sebagai bentuk protes dan ekspresi ketidakpuasan,” tukas Audy.

Dengan semangat solidaritas dan kesatuan, AMPLAS 119 berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pengelolaan plasma sawit yang adil dan berkelanjutan.

BACA JUGA :  Pujo Darmanto Siap Bertarung Untuk Menjadi Orang Nomor 1 di PWI Kotim

“Mari rapatkan barisan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan anggota,”pungkasnya.

Hal tersebut imbas dari tidak ditemukannya kesepakatan antara Koperasi Produsen Dayak Misik Tumbang dengan PT Kridtama Lancar Musi Mas Group dalam rapat membahas kerjasama plasma inti tersebut dihadiri dari pihak koperasi, pihak perusahaan besar swasta sawit, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dan pihak lainnya.

Pengurus dan anggota Koperasi Produsen Dayak Misik Tumbang Sapiri Kecamatan Mentaya Hulu Kotim tegas menolak jika lahan plasma sawit yang diberikan kepada mereka bukan pada kawasan inti perusahaan besar swasta atau PBS Sawit.


Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

BACA JUGA :  Pengadilan Negeri Sampit Ukir Sejarah, Borong Penghargaan Dari Mahkamah Agung RI !

You cannot copy content of this page

Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca