Saat itu Negeri sudah lansia. 70 tahun. Saat Yang Maha Kuasa berkenan membenahinya.
DikirimNya seorang Lelaki kurus setengah baya. Membenahi bangsanya. Negaranya. Dan jadi.
Semua bangga. Bersukacita. Kecuali mereka yang ditakdirkan mencela. Mencle.
Dipindahkannya Ibu Kota Negara (IKN) yang telah lama hanya wacana. Dikembalikannya martabat bangsa di mata dunia.
Mereka mencela; walau meja kerja, lemari pakaian dan gudang di rumahnyapun tak mampu dibenahinya.
Semua bahagia. Kecuali mereka yang ditakdirkan mencela. Dan yang hatinya buta. Dan juga korban narasi mereka yang marah.
Ketika tiba saatnya takdir Yang Maha Kuasa menjadikan anaknya kemudian calon pemimpin bangsa. Semua terperangah. Tersentak.
Mereka ketakutan. Tersadar karena terlanjur tua. “Anakku mana?”. “Anakku bagaimana?”. “Kok mesti anaknya?”. Ada yang berteriak. Meratap. Bahkan menangis meraung-raung. Ada yang kesurupan.
Ini kisah Nyata. Kisah Nyata. Istana Negara kini tegak nyata. Karya nyata anak bangsa. Istana yang pertama setelah 79 tahun merdeka. Setelah 79 tahun!
Mereka yang ditakdirkan mencela tak akan mampu lagi lepas dari jerat amarah dan kebencian. Walau tahun depan Megathrust menenggelamkan ibukota lama. Atau resesi dan perang dunia melanda.
Hari ini. 17 Agustus 2024. Ulangtahun Kemerdekaan ke 79 sudah dirayakan di sana. Di Ibu Kota Negara. Ibu Kota Nusantara.
Rasa bangga dan terimakasih untuk kerja nyata semua anak bangsa di masa pemerintahan lelaki sederhana itu. Dia kusebut.“Bapak Transformasi Indonesia”. Joko Widodo.
Yang merubah kemalasan dan sikap tak perduli menjadi prestasi. Prestasi tingkat dunia dari Negara Indonesia. Yang membuat pondasi Indonesia mampu melompat menjadi Negara Maju.
Mereka yang merdeka akan tetap merdeka. Dan yang hatinya buta akan selamanya merasa terjajah.
MERDEKA!
#ianjanesha
17-08-2024
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.