Deklarasi IASILI terdengar lantang yang dilakukan secara simbolis dari Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dalam rangka peringati HUT RI Ke-77.
Ikatan Alumni Studi Ilmu Lingkungan Indonesia (IASILI) semarakkan deklarasi yang di ikuti sekitar 90 orang perwalikan para alumni Ilmu Lingkungan berasal dari berbagai alumni Universitas di Indonesia.
Dr. Joko Santoso, S.Ag., MM merupakan Alumni Universitas Palangka Raya salah satu inisiator IASILI mengatakan sangat pentingnya para alumni ilmu lingkungan bersatu untuk Indonesia Lestari, bergandeng tangan untuk bergerak dalam menangani Krisis lingkungan yang terus terjadi.
“Kita harus bersatu untuk Indonesia lestari, jangan mengedepankan ego semata atau sendiri dalam menangani krisis lingkungan yang terus terjadi,” ucap Joko kepada MentayaNet.com pada Jum’at, 19 Agustus 2022.
Ia menambahkan, dunia saat ini menghadapi krisis iklim, polusi, dan sampah atau limbah. kondisi alam sangat memprihatinkan, telah terjadi degradasi alam dan keanekaragaman hayati, sehingga planet berada pada level yang buruk. Hal ini bisa berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia termasuk ekonomi, sosial, dan politik.
Joko memastikan, setelah deklarasi ini, akan dibentuk kepengurusan agar IASILI legal dan dapat menjadi ruang bagi semua alumni berdedikasi, untuk bangsa dan negara.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Palangka Raya Ahmad Zaini mendukung terbentuknya Alumni Studi Ilmu Lingkungan dari seluruh Indonesia, hal ini akan mempermudah pemerintah dalam menghadapi bencana lingkungan, apalagi saat ini ini medekati musim kemarau, bahaya karhutla tentu akan mengancam.
Baca Juga : Keren! Alumni Ikatan Lingkungan Seluruh Indonesia Mendeklarasikan IASILI
“Keberadaan IASILI, sangat diperlukan di tengah masyarakat, mengingat pemerintah tidak bisa sendirian dalam menangani kebencanaan dampak dari lingkungan, terlebih pengurus dari kalangan akademisi, sudah terbukti handal dalam memberikan solusi terkait masalah bencana alam,” tukasnya.
Terpisah, Inisiator Mahawan Karuniasa dari Universitas Indonesia menyampaikan, dunia saat ini menghadapi apa yang disebut tripleplanetary crisis, yaitu meliputi krisis iklim, polusi, dan sampah atau limbah.
“Serta degradasi alam dan keanekaragaman hayati, maupun kondisi lain planet kita yang sedang tidak baik-baik saja,” kata Mahawan dalam keterangannya.
Ia menyebutkan krisis itu berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia termasuk ekonomi, sosial, dan politik.
“Ditambah dengan munculnya pandemi Covid-19 yang sampai saat ini pada kenyataannya belum tuntas. Permasalahan multisektor ini perlu upaya bersama,” tutupnya.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Respon (2)
Komentar ditutup.