Petani sayur di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mulai merasakan dampak buruk musim kemarau yang melanda daerah setempat. Kurangnya pasokan air membuat tanaman sayur mayur mengering dan rusak hingga menyebabkan harga jual anjlok.
“Dampak kemarau ini, kualitas sayur menurun, biaya perawatan bertambah. Tanaman apabila disiram satu kali cepat kering karena cuaca panas. Saat kemarau seperti ini, kualitas tanaman berkurang, bahkan harga jual menjadi murah,” kata salah seorang petani sayur di daerah setempat, Edy Yanto, Kamis, 24 Agustus 2023.
Edy menjelaskan mengeringnya lahan pertanian membuat kualitas produksi menurun, banyak sayur yang layu hingga mengering dan rusak, seperti yang dirasakan salah seorang petani sayur di jalan Teratai, kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Sampit.
“Karena kurangnya pasokan air, membuat waktu masa panen bertambah,” tambahnya.
Baca Juga :
Ajak Anak Muda Ambil Contoh Semangat Veteran Rebut Kemerdekaan
Petani terpaksa secara rutin menyiram lebih banyak air ke lahan pertanian, minimal dua kali dalam sehari. Hal ini membuat biaya perawatan membengkak, terutama untuk membeli bahan bakar minyak mesin air.
“Petani juga harus menggali lebih dalam sumur yang menjadi sumber air, karena sudah mulai mengering,” jelasnya.
Turunnya kualitas hasil produksi petani, turut berimbas pada anjloknya harga sayur, seperti sayur kangkung yang biasa dijual 6.000 rupiah per ikat, turun menjadi 2.000 rupiah per ikat. Begitu juga sayur bayam yang biasa dijual 8.000 per ikat, turun menjadi 2.000 per ikat.
“Petani yang biasa menghasilkan sekitar 350 ribu rupiah untuk satu jenis sayur sekali panen, kini petani hanya memperoleh sekitar 150 ribu rupiah untuk sekali panen,” ujar Edy.
Kendati demikian, jika kemarau terjadi berkepanjangan, petani khawatir kualitas hasil produksi mereka semakin menurun, bahkan berpotensi gagal panen.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.