Wakil Bupati Seruyan, Kalimantan Tengah meminta masyarakat menanam rotan adalah upaya melestarikan alam dan tradisi warga Dayak. Rotan membutuhkan pohon besar untuk merambat dengan masa tumbuh sedikitnya 2 tahun.
Iswanti Darwan Ali, Wakil Bupati Seruyan menyebutkan saat ini rotan semakin berkurang akibat terus berkembangnya perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan penambangan batubara.
Ha itu yang menjadi keprihatian warga Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya para perajin rotan di Bumi Gawi Hatantiring.
“Jadi, kita melihat banyak potensi pada rotan ini. Terlihat bisa membuat tas, gelang, perabot-perabot yang biasanya dipakai untuk nencuci beras, mencari kayu bakar dan ke ladang, ke manapun. Itu yang untuk keperluan lokal,” ucap Iswanti kepada MentayaNet.com pada Jum’at, 11 November 2022.
Ia sangat menyayangkan berkuranganya lahan tumbuhan rotan dikawasan setempat. Hal ini dirinya ingin mendorong generasi muda agar melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal.
Sehingga bisa mengharumkan nama daerah asal. Selain itu, ia minta bahan rotan bisa dikenal di mata lokal, nasional, bahkan internasional.
Baca Juga :
Wakil Bupati Seruyan Inginkan Bumi Gawi Hatantiring Miliki Agro Eduwisata
“Hutannya kebanyakan sudah hampir habis dibabat, jadi yang tersisa hanya di kebun-kebun karet dan buah-buahan masyarakat, jadi rotan menjalar di mana ada pohon-pohon besar itu,” tambahnya.
Terpisah, Ketua Dayak Ot Danum yang juga mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah, Dr. Guntur Talajan, SH, terdapat lima kabupaten di Kalimantan Tengah yang masih mempunyai tanaman rotan.
“Satu-satunya di dunia yang memiliki rotan kan di Kalimantan Tengah. Saya selaku Ketua keluarga Ot Danum, suku tertua di Kalimantan Tengah, berharap dan mengimbau agar Pemda Kota sampai Camat Kades untuk menyeleksi dalam memberi ijin terkait isu sawit dan tambang, supaya tidak menguras atau membabat kebun rotan yang sudah ada tumbuh dan berkembangnya,” ucap Guntur.
Seharusnya kita terus melestarikan tradisi itu sambil mempertahankan lahan dan pohon tempat tanaman rotan tumbuh dan menjalar. Menurutnya, ia sudah ikut menyuarakan keprihatinannya, namun tetap belum ada tanggapan dari pemerintah.
Kendati demikian, pihak Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) provinsi Kalteng juga menampung dan menjual berbagai barang hasil anyaman para perempuan Dayak. Selain itu, kerajinan rotan juga telah ikut serta dalam pameran di Dubai.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Respon (1)
Komentar ditutup.