Refleksi akhir tahun 2023 adalah momen penting menjadikan tahun yang sudah kita lalui sebagai pelajaran dan pengalaman berharga.
Selain bersyukur, pergantian tahun juga menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk melakukan refleksi diri, bermuhasabah, atau berintrospeksi diri atas semua hal yang telah kita lakukan dan terjadi pada diri kita.
Hidup dalam dunia yang penuh ketidakpastian membuat kita mudah lupa untuk merenung dan mensyukuri segala apa yang telah kita nikmati setahun ini.
Seberapa besar kita meluangkan waktu untuk kehidupan pribadi dan keluarga? Berapa banyak waktu dan tenaga yang kita investasikan untuk terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik?
Jika Anda tahun ini mengalami banyak kegagalan, tanamkan dalam pikiran dan diri bahwa kegagalan itu bukan akhir dari segalanya itu merupakan keberhasilan atau kesuksesan yang tertunda.
Dengan datangnya tahun baru 2024, inilah saat yang tepat bagi kita untuk berhenti memikirkan segala kesalahan, kegagalan, kepahitan, ketidaksempurnaan, hingga ketakutan yang membayang-bayangi kita selama 12 bulan terakhir.
Dengan merefleksikan diri, kita dapat memahami apa yang telah kita lakukan dengan baik, dan apa yang perlu kita perbaiki di tahun yang akan datang.
Tahun 2023 telah berlalu dan tahun 2024 dimulai dimana tahun lalu ada kegagalan, kekecewaan, kehilangan, kesedihan, kemarahan, hingga keputusasaan. Ada keinginan yang tak terwujud, asa yang tak tergapai, dan cita-cita yang tertunda tahun lalu.
Namun, di balik semua hal yang menyakitkan itu, akan selalu ada sesuatu, sekecil apa pun, yang pasti bisa kita syukuri karena sejatinya syukur adalah awal dari kebahagiaan.
Berbagai tantangan telah kita hadapi sepanjang tahun lalu. Hubungan dengan keluarga, relasi sosial, pekerjaan, keuangan, pendidikan, hingga kesehatan.
Ada yang berhasil melewati cobaan itu, baik dengan mulus maupun melalui jalan terjal, bahkan banyak pula yang terhambat dengan tembok tebal dan terpental mundur hingga jauh ke belakang.
Apapun kesedihan dan kekecewaanmu tahun yang lalu, harus diingat bukan kamu seorang yang paling menderita. Semua orang, sesempurna apa pun hidupnya terlihat, pasti juga memiliki kepedihan sendiri. Meski rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau, setiap manusia pasti hidup dengan tantangan dan ujiannya sendiri. Tidak ada hidup yang semua serba indah, mudah, dan nyaman.
Daripada terus meratapi lara, kenapa tidak mencoba melihat dari sisi yang berbeda? Coba mundur sejenak dan redakan dirimu dari segala tuntutan emosi yang membuatmu selalu ingin dianggap baik-baik saja, membuktikan diri bahwa kamu bisa, menjadi pemenang dalam segala hal, atau sekadar menyenangkan orang-orang di sekitarmu.
Tenangkan pikirmu dan coba ingat kapan kamu pernah merasa bahagia? Renungkanlah, hal apa yang membuatmu senang dan bahagia? Tak perlu melihat hal-hal yang besar lebih dulu. Susurlah dari hal-hal sederhana yang kamu alami sehari-hari yang sebenarnya bisa membuatmu bahagia. Pasti kamu akan menemukan banyak hal simpel, tetapi berkesan.
Meski demikian, setiap manusia memiliki garis kehidupannya masing-masing. Hidup kita memang tidak sama dengan hidup orang lain. Karena itu, jangan pernah membandingkan capaian yang kita peroleh dengan capaian yang didapat orang lain. Apalagi, jika membandingkannya hanya berdasar konten mereka di media sosial.
Saat kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain, saat itulah kita akan mulai merasa kurang bahagia, kurang bersyukur. Saat kita mulai menjadikan kebahagiaan orang lain sebagai standar kebahagiaan kita, kita akan mulai merasa lebih jelek, lebih miskin, bahkan lebih tidak beruntung. Bagaimanapun, sifat dasar manusia adalah serakah dan sulit terpuaskan.
Menjadi diri sendiri memang tidak mudah. Apalagi, dalam budaya masyarakat kolektif yang sangat menghargai penampilan, yang suka menggunakan standar seseorang untuk mengukur kesuksesan orang lain, serta menuntut keterlibatan aktif setiap anggotanya demi menjaga keutuhan komunitas. Meski lebih berat, bukan berarti kita tidak bisa menjadi diri sendiri.
Menerima segala apa yang kita miliki juga bukan berarti bahwa manusia tidak perlu cita-cita. Semua orang pasti memiliki sesuatu yang ingin dicapai dan mengejarnya dengan segala daya. Semua orang juga haru memiliki target atau tujuan hidup sehingga hidup mereka terarah,cita-cita atau target itu adalah pencapaian, sedangkan bahagia berada di dalam hati.
Saat kita tidak pernah merasa puas, tidak cukup dengan apa yang ada atau tidak pernah merasa mendapatkan sesuatu sesuai keinginan, disitulah kita akan merasa tidak bahagia. Saat kita tidak rela dengan takdir kita, tidak nrima ing pandhum (menerima setiap pemberian Tuhan dengan Ikhlas serta sadar akan hak diri dan orang lain), manusia akan melakukan hal-hal yang bisa menurunkan kemanusiaannya.
Semua apa yang kita dapatkan Wajib Disyukuri karena Syukur Nikmat itu merupakan Keharusan/Kewajiban dan jika kita Bersyukur Nikmat yang diberikan Insha Allah akan ditambah nikmat oleh Allah SWT.
Segala kegagalan dan kekurangan sejatinya bisa menjadi pembelajaran untuk memahami diri lebih baik, mengukur kemampuan, menoleransi batasan, hingga mengembangkan rencana baru untuk maju ke depan. Masih ada anugerah waktu dan kesempatan di tahun depan untuk kita terus memperbaiki diri hingga menjadi lebih baik.
Selamat tinggal 2023. Selamat tinggal segala kesedihan dan penderitaan. Semoga di tahun 2024 yang akan kita jalani kedepan lebih baik sehingga mendapatkan kesuksesan dan keberkahan hidup dunia akhirat. Aamiin.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.