banner 130x650

SMP Negeri 1 Sampit Implementasi Program Gerakan Sekolah Sehat

Sekolah
Foto : kegiatan Gerakan Sekolah Sehat di SMPN 1 Sampit (Kharisma)

SMP Negeri 1 Sampit menggelar Karnaval komunitas belajar intra sekolah dalam bentuk pawai Gerakan Sekolah Sehat (GSS) pada Senin, 12 Agustus 2024 di sepanjang jalan A.Yani – S Parman Sampit.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kotim melalui I Gede selaku Kabid Pendidikan SMP Disdik Kotim mengungkapkan, karnaval komunitas belajar melalui pawai ini merupakan salah satu perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan ke-79 RI dan penggalakan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) yang merupakan bagian dari program Kemendikbudristek RI.

“Pagi ini Alhamdulillah karena masyarakat kabupaten Kotawaringin Timur khususnya SMPN 1 Sampit menyatakan semangat dengan kebersamaan yang indah. Hal itu ditunjukkan oleh orang tua, peserta didik, guru dan seluruh jajaran,” ucap I Gede pada Senin, 12 Agustus 2024.

banner 1706 x 2560

Sekolah

GSS diharapkan bisa mendukung realisasi dari Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

BACA JUGA :  Kepala Dinas Perhubungan Kotim Akan Menikmati Masa Purna Tugas

Program ini memiliki 5 target atau fokus utama yakni sehat bergizi, sehat fisik, sehat imunisasi, sehat jiwa, dan sehat lingkungan.

“(Tujuan) yang kedua adalah mendorong akselerasi implementasi dari gerakan sekolah sehat di seluruh satuan pendidikan,” tambahnya.

Dirinya menerangkan, melalui Gerakan Sekolah Sehat (GSS) berkesinambungan dalam menuju terwujudnya pencapaian tujuan pembangunan di Kotawaringin Timur yang Harati.

Sekolah

Melalui kegiatan ini, harapnya menjadikan kreativitas masyarakat khususnya di lingkungan SMP Negeri 1 Sampit terus berkembang secara optimal tanpa batas.

Diwaktu yang sama, Suyoso selaku kepala SMP Negeri 1 Sampit menjelaskan peserta didik hingga guru dapat mengenal sekolah ramah anak hingga dampak kekerasan yang harus dihindari.

“Kita sadar tentang dampak negatif dari kekerasan atau perundungan ini, misalnya terhadap mental, fisik dan mungkin ada hambatan-hambatan belajar di sekolah,” tuturnya.

BACA JUGA :  Pemkab Kotim Mengajukan Raperda Hukum Adat Dayak

Selain itu, ia melihat GSS menjadikan peserta didik bukan sebagai pelapor, tetapi juga pelopor. Banyak dari peserta didiknya tak lagi takut dalam melaporkan kekerasan yang diterima atau yang mereka lihat di sekitar.

Sekolah

“Anak-anak juga diberikan materi tentang agen anti perundungan, anti kekerasan, sehingga mereka tahu tahapan-tahapan bagaimana melapor jika ada indikasi kekerasaan,” kata Suyoso.

Selain Peserta didik dan guru, dirinya menyebut GSS menyadarkan pihak lainnya seperti pegawai non pengajar di sekolah. Sehingga, sekolahnya menjadi kompak dalam mewujudkan sekolah ramah anak dan anti kekerasan ini.

“Ada hubungan antara warga sekolah itu yang saling percaya. Terciptanya citra positif di masyarakat,” pungkasnya.


Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

1135x1600

You cannot copy content of this page

Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca