Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, Multazam mengatakan bahwa saat ini tengah bersiap menghadapi potensi dua bencana yang terjadi secara bersamaan di tahun ini, karena adanya perbedaan musim di sebagian wilayah setempat.
Berdasarkan prakiraan BMKG Kotim akan terjadi perbedaan kondisi cuaca di wilayah Kotim berdasarkan analisa klimatologis. Lebih jelasnya, Kalimantan Tengah terbagi atas 13 Zona Musim (ZOM) dengan tipe monsunal. Empat di antaranya berada di wilayah Kotim, yakni Kalteng 8, 9, 10 dan 13.
Hasil klimatologis menunjukkan bahwa wilayah Kalteng 9, 10 dan 13 yang meliputi wilayah tengah dan selatan Kotim akan memasuki masa transisi musim hujan ke musim kemarau pada Juni-Juli. Selanjutnya, awal musim kemarau pada dasarian I Agustus dan puncaknya pada bulan yang sama.
Kemudian pada bulan september siklusnya berputar kembali ke transisi musim kemarau ke musim hujan. Sementara, pada Kalteng & yang meliputi wilayah utara Kotim tidak menunjukkan siklus musim yang sama dan diprakirakan tidak ada musim kemarau atau tetap berada di musim hujan sepanjang tahun.
“Baik bencana banjir maupun Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dua-duanya sudah pernah kami alami. Jadi kalau pun hal tersebut terjadi secara bersamaan kami akan siap, tapi pasti ada ekstra dalam penanganannya,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, 5 Juni 2024.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya dua bencana sekaligus di Kotim, yakni banjir di wilayah utara dan kebakaran hutan dan lahan yang utamanya di wilayah selatan sebab didominasi lahan gambut. Situasi seperti ini sudah pernah dihadapi pada tahun 2022 lalu, BPBD Kotim menetapkan dua status tanggap kebencanaan secara bersamaan.
Dirinya mengatakan dalam menghadapi dua situasi kebencanaan sekaligus tentunya perlu penanganan ekstra dan hal ini tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja. Dalam situasi seperti ini biasanya pemerintah daerah akan membentuk satuan tugas (satgas) yang melibatkan beberapa instansi di bawah koordinasi BPBD Kotim.
Multazam juga berharap adanya dua potensi bencana ini juga menjadi perhatian masyarakat agar sebisa mungkin turut mencegah dan mengurangi potensi bencana, khususnya terkait karhutla. Dirinya juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena merepotkan banyak orang.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.