banner 130x650

Tentang Kesehatan Mental Pasca Pemilu

Kesehatan

Pemilu merupakan salah satu pilar utama dalam sistem demokrasi yang menentukan arah kebijakan dan kepemimpinan suatu negara. Namun, di balik antusiasme dan ketegangan yang menyertainya, terdapat aspek yang sering terlupakan, yaitu dampakya terhadap kesehatan mental masyarakat.

Dalam sejarah demokrasi, pemilu seringkali diwarnai oleh kampanye yang kompetitif dan kontroversial. Dinamika pemilu tidak hanya menciptakan ketegangan politik, tetapi juga dapat memberikan dampak signifikan pada kesehatan mental individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Stress Pemilu

Selama periode kampanye, masyarakat terpapar pada berbagai informasi dan opini yang sering kali kontroversial. Tingkat stres pun dapat meningkat karena ketidakpastian terkait hasil pemilu. Menurut penelitian stres politik dapat berdampak negatif pada
kesejahteraan mental.

Psikiater Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS. Jiwa. dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan dr.Lahargo Kembaren, SpkJ mengatakan “Dalam PEMILU seperti saat ini, kita perlu mewaspadai munculnya stres yg dapat terjadi pada paslon, caleg, tim sukses, keluarga, relawan, simpatisan atau masyarakat biasa,” sebutnya.

Laporan dari American Psychological Association (APA) mengungkapkan bahwa 68% dari populasi dewasa di Amerika merasa bahwa Pilpres AS 2020 merupakan sumber stres yang signifikan dalam kehidupan mereka. Sebelumnya, hubungan antara stres dan pemilu telah terbukti dalam sebuah studi tentang pemilu lokal di Rajasthan, India, pada tahun 1995.

BACA JUGA :  Siap Bertempur Sengit, HARATI Kembali Berpasangan di Pilkada Kotim 2024

Kesehatan

Penelitian tersebut menemukan bahwa dari 114 partisipan yang diteliti, sebanyak 47,4% menganggap pemilu sebagai peristiwa kehidupan yang menimbulkan tekanan pada pemilih. Penelitian ini menekankan bahwa dampak traumatis tidak hanya dirasakan oleh kelompok yang kalah dalam pemilihan, tetapi juga oleh kelompok lainnya.

Media Sosial Sebagai Pemain Utama

Peran media sosial dalam membentuk opini publik semakin krusial selama periode pemilu. Interaksi yang intens di media sosial berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan. Selama masa kampanye pemilihan, masyarakat sering kali terkena dampak banjir informasi yang tak terhindarkan. Fluktuasi terus-menerus dalam liputan tentang pemilu dapat menimbulkan kecemasan, kelelahan, dan stres di kalangan masyarakat.

Diskusi yang intens di platform-platform tersebut dapat menciptakan polarisasi dan meningkatkan ketegangan politik. Survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih dari 56 persen responden menyatakan kekhawatiran akan polarisasi yang ditimbulkan oleh pemilu. Kondisi tersebut dipengaruhi ole peristiwa traumatis perpecahan kelompok dan ujaran kebencian yang mash melekat hingga saat ini dampak dari pada pemilu sebelumnya.

Setelah pemilu selesai, masyarakat mengalami perasaan beragam, mulai dari kekecewaan hingga euforia. Penyesuaian terhadap hasil pemilu yang tidak sesuai harapan dapat berdampak pada kesehatan mental. Caleg yang mengalami stres karena kekalahan dalam pertarungan hampir selalu terjadi pada setiap pemilihan umum. Sebuah laporan dari BBC Indonesia menyebutkan bahwa beberapa caleg bahkan merasa begitu malu dan puts asa sehingga suit menghadapi keluarga mereka setelah kegagalan dalam pemilu.

BACA JUGA :  KPU Kotim Laksanakan Rapat Pleno Terbuka Terkait Rekapitulasi dan Penetapan DPS

Dokter spesialis kedokteran jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan kasus masalah kesehatan mental cenderung meningkat pasca momen pemilian calon legislatif. Tak hanya pada orang-orang yang gagal terpilih, melainkan juga pada keluarga dan pendukung calon yang bersangkutan.

“After Pemilu masalah kesehatan jiwa itu ada. Meningkat dari yang pertama kalau dia gagal ada, dia mengeluarkan banyak uang, mungkin materi tidak berhasil, ekspektasi tidak terpenuhi sehingga mengalami gangguan cemas. Gangguan tidur, kecemasan, kemudian panik, ada depresi, stres itu bisa terjadi,” ungkapnya melansir dari Detik Health.

Kita dapat memahami bahwa dinamika pemilu tidak hanya memiliki implikasi politik tetapi juga signifikan dalam konteks kesehatan mental. Kesadaran akan dampak ini penting untuk memahami dan mengatasi tantangan kesehatan mental yang muncul. Sosialisasi dan pemahaman lebih lanjut mengenai kesehatan mental selama periode pemilu menjadi penting. Kita sebagai individu dan masyarakat harus proaktif dalam menjaga kesehatan mental kita dan mendukung satu sama lain di tengah ketegangan politik.


Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

You cannot copy content of this page

Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca