Warga Suku Manggarai di perantauan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di Desa Rungau Raya, Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, tetap menjaga tradisi gotong royong untuk membantu biaya pendidikan anak-anak mereka.
Tradisi yang dikenal dengan nama “Poka Sawar Limbang Sama” atau “Wuat Wa’i” ini menjadi contoh nyata semangat kebersamaan dan kepedulian masyarakat Manggarai terhadap pendidikan.
Dalam tradisi Wuat Wa’i, masyarakat Manggarai secara bergantian akan membawa sumbangan baik dalam bentuk materi uang maupun sumbangan moral berupa doa dan nasihat bagi anak yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tradisi ini diadakan oleh sebuah keluarga ketika seorang anaknya hendak merantau ke luar daerah untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Menurut Nikolaus Malut, tetua Suku Manggarai, dalam beberapa perayaan Wuat Wa’i, dana yang berhasil dikumpulkan berkisar mencapai Rp 20 juta sampai Rp 30 juta. Dana ini digunakan untuk membantu biaya pendidikan anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Apresiasi dari Wakil Ketua Komisi A DPRD Seruyan
Wakil Ketua Komisi A DPRD Seruyan, Subani, sangat apresiasi terhadap keluarga besar Suku Manggarai yang tetap konsisten menjaga tradisi walaupun berada di perantauan. “Saya sangat terharu melihat kekompakan mereka dalam menjaga tradisi, ini salah satu bentuk kegotongroyongan mereka dalam membantu biaya pendidikan bagi anak-anak mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi,” katanya.
Tradisi gotong royong yang positif dari masyarakat Manggarai ini menjadi contoh bagi masyarakat lainnya. Di mana setiap elemen masyarakat akan bahu-membahu untuk membantu anak-anak mereka ke tingkat perguruan tinggi.
Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya membantu meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat Manggarai, tetapi juga memperkuat semangat kebersamaan dan kepedulian sosial di kalangan masyarakat.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.