Ketua Umum APIK Indonesia Network sepakat pendanaan Loss and Damage, dari COP-27 khususnya bagi negara berkembang dalam upaya adaptasi menghadapi perubahan iklim.
Menanggapi catatan sains terkait perubahan iklim khususnya laporan United Nations Environment Programme (UNEP), yaitu Emissions Gap Report 2022 dan Adaptation Gap Report 2022 serta hasil COP-27, Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) didukung oleh Environment Institute, Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (ILUNI SIL UI).
Mahawan Karuniasa, Ketua Umum APIK Indonesia Network menerangkan kegiatan Bakti Lingkungan Djarum Foundation menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Setelah COP27: Peran Para Pihak untuk Rapid Transformation of Societies di Indonesia, yang diselenggarakan dalam jaringan, pada Kamis, 01 Desember 2022.
Dirinya menerangkan kesenjangan yang sangat jauh antara komitmen negara-negara dengan target Paris Agreement, berpotensi tidak hanya pada terlampauinya batas 1,5° C.
“Perlu diingat juga pada memburuknya dampak perubahan iklim dan membengkaknya biaya adaptasi,” tambahnya.
Seperti diketahui, beberapa saat sebelum dilaksanakan COP27, UNEP mengeluarkan laporan tahunannya terkait perubahan iklim terdiri atas Emissions Gap Report 2022 dan Adaptation Gap Report 2022.
Dalam Emissions Gap Report 2022 UNEP memberikan catatan utama the closing window yang selanjutnya menjadi diskusi dan perdebatan para ahli, penggiat dan para perwakilan negara terkait kondisi mendesak untuk menjaga agar rata-rata kenaikan suhu permukaan bumi tidak melampaui 1,5° C.
Para ahli memberikan catatan, secara umum, bahwa batas 1,5° C akan terlampaui, sehingga perlu memperkuat aksi adaptasi.
Baca Juga :
Dari Titik Nol IKN, IASILI Bantu Pemerintah Atasi Persoalan Lingkungan !
Sedangkan sebagian, terutama pimpinan negara-negara masih menyatakan adanya peluang untuk tidak melampaui 1,5° C.
“Kita sangat memerlukan kerjasama dalam hal ini. Hal ini pentingnya agar kedepan Negara Indonesia khususya tidak mengalami global yang buruk, atau jauh lebih buruk,” tutupnya.
Selanjutnya dalam laporan Adaptation Gap Report 2022, UNEP juga memberikan catatan bahwa upaya adaptasi global too little, too slow, menggambarkan minimya upaya adaptasi, khususnya peran negara maju dalam menjaga resiliensi di negara berkembang.
Oleh karena itu, UNEP mengajak semua pihak, untuk mencapai target Paris Agreement perlu dilakukan
rapid transformation of societies, untuk menghindari katastropi iklim.
Hadir dalam acara tersebut, Nur Masripatin, Penasehat Senior Menteri LHK menyampaikan bahwa COP27 berimplikasi pada semua negara termasuk Indonesia khususnya komitmen melalui NDC yang perlu diselaraskan dengan Long-term Strategy termasuk agenda NZE.
Sedangkan FX Supandji, Vice President Director Djarum Foundation mengajak semua pihak untuk memelihara alam agar alam menjaga kita semua. Djarum Foundation telah menanam lebih dari 150.000 pohon trembesi di berbagai wilayah, termasuk di ruas jalan sepanjang 3.120 km di Jawa dan Sumatera.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.