banner 130x650

Harga Pangan Serba Meroket, Jualan Masyarakat Kotim Malah Buntung

harga
Photo : Kue Bingka yang menjadi daya tarik di saat bulan ramadhan

Harga gas LPG dan sembako yang melejit, mencekik perekonomian para pelaku UMKM. Kenaikan tersebut membuat pelaku usaha terpaksa mengurangi produksi. Angan meraih untung selama Ramadan, harus pupus akibat harga yang tak bisa dikendalikan.

Nelli Agustin yang merupakan pedagang kue bingka di Sampit juga menuturkan, sejak harga gas elpiji dan pangan di kotim naik, produksi kue bingka yang biasanya mampu mencetak 100 loyang per hari, kini hanya 20-50 loyang saja.

harga
Photo : Kue Bingka Panggang yang dibandrol mulai Rp30.000,- s/d Rp35.000,-

”Sebelum bulan puasa sudah rencana jualan kue bingka, dan ini sudah pekerjaan setiap tahun yang dilakukan saat bulan ramadhan. Kaget banget pas tau harga barang juga serba naik. Elpiji naik, tepung, gula, telur, minyak goreng, serba naik. Mau menaikkan harga kue bingka juga berat kesian komsumen,” ungkap Nelli Agustin kepada MentayaNet.com pada Senin, 11 April 2022.

Sebagai pedagang kue yang sudah 3 tahun berjualan bingka, Nelli tak menyangka tahun ini penjualan mengalami penurunan produksi.

BACA JUGA :  Guru dan Wali Murid TK Nurul Iman Sampit Adu Kemampuan Lomba Menyanyi Religi

Baca Juga : Warga Kotim Diminta Lebih Waspada, Aksi Kriminal Meningkat !

Ia menambahkan penurunan pendapatan sangat dirasakan sejak harga sembako dan pangan melonjak. Padahal, sebelumnya dia optimis menyambut Ramadan 1443 Hijriah untuk berdagang kue bingka seperti tahun sebelumnya.

”Pemerintah sudah tak memberlakukan lockdown terus Covid-19 juga turun. Makanya saya mengira tahun ini penjualan bakalan ramai. Ternyata, banyak juga kawanan pedagang kue yang jualannya banyak tersisa. Apalagi kalau hujan. Tersisa tiga saja, sudah tak dapat untung,” ungkapnya dengan nada keluh.

harga
Photo : Citra rasa dari kue bingka gurih, manis, empuk dan biasanya terbuat dari kentang atau ubi dan ada terbuat dari susu srikaya

Diketahui pula dari pantauan MentayaNet.com ia memilih tidak menitipkan produknya ke lapak pedagang kue. Dia berjualan di rumah yang dibuat sesuai pesanan saja.

Baca Juga : Bersihkan Sumur, 3 Warga Desa Kalang Seruyan Meninggal Dunia

”Saya tak mau mengambil risiko. Sudah barang naik, kue tak habis, yang ada bukannya untung, malah rugi. Tahun ini hanya menerima pesanan dari orang saja, putus harga, tanpa risiko. Saya beri harga lebih murah, Rp28 ribu per loyang. Dia jual lagi Rp 30-35 ribu. Walaupun untungnya tipis sekali, yang penting jualan habis,” ujarnya.

BACA JUGA :  Empat Rumah Warga Direnovasi Oleh Baznas Melalui Program Renovasi RTLH

Hal ini juga menjadi masukkan bagi Pemerintah Daerah agar mempertimbangkan kembali adanya lonjakkan setiap harinya yang membuat masyarakat dapat tersiksa secara perlahan, karena tidak sanggup untuk biaya pangan.

“Kalau pemerintah bisa paham harusnya jangan ada penimbunan barang segala, kita dapat duit dari jualan aja. Kalau dagangan gak laku, gak dapat uang buat mutar balik modal,” tukasnya.


Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

You cannot copy content of this page

Eksplorasi konten lain dari MentayaNet

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca