Guntur yang berusia 14 tahun seorang anak dari Desa Terantang Hilir, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur, mendapatkan penanganan medis dari Pemerintah Daerah dengan dirujuk ke RSUD dr Murjani Sampit, lantaran sebelah kaki kanan membusuk akibat tidak pernah mendapatkan pengobatan.
Dengan mata yang berkaca-kaca sambil menahan sedih, Meldi (36 tahun) ayah kandung Guntur (14 tahun), mengucapkan rasa syukurnya setelah anaknya mendapatkan jaminan pengobatan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
Sebagai orang tentunya tidak ingin melihat anaknya sakit, namun karena kondisi keadaan masuk dalam kategori masyarakat tidak mampu, membuat Meldi dan Istri Mirna hanya pasrah dengan kondisi sakit yang diderita anak sulungnya tersebut, sebagaimana dilansir oleh Canal Berita.
Berdasarkan data yang terhimpun dari Camat Seranau Dedi Purwanto mengatakan, bahwa Guntur merupakan siswa dari salah satu pondok pesantren di kota Sampit.
Sakit yang diderita Guntur sejak bulan Agustus tahun 2021 lalu atau 5 bulan silam, akibat jatuh dari sepeda motor. Keluarga sendiri mengira Guntur hanya mengalami keselo biasa saja, namun dampaknya ternyata anak tersebut harus menderita sakit yang cukup parah pada kaki kanannya yang membusuk dengan warna kehitaman.
“Orang tua anak ini bingung karena takut dengan biaya pengobatan putranya tersebut,”ungkap Dedi Purwanto.
“Mengetahui info tersebut, kami dari tim Kecamatan bersama Pemerintah Desa setempat dan dokter serta tenaga kesehatan menjemput anak tersebut dan merujuknya ke RSUD dr Murjani Sampit,” sambungnya.
“Sebelumnya anak ini sehat dan bersekolah di Pondok Pesantren Borneo di Sampit. Namun saat itu dia kena sakit cacar dan harus pulang ke rumah untuk berobat dan istirahat,” katanya saat ditemui awak media dengan nada menahan rasa sedih,pada Kamis 13 Januari 2022.
Namun karena terkendala di administrasi yang kurang dipenuhi untuk BPJS Kesehatan, sehingga pihak keluarga memutuskan membawa kembali Guntur untuk dirawat di rumah.
“Pernah dibawa ke RSUD namun BPJS Kesehatan dikatakan pihak rumah sakit tidak berlaku, karena kecelakaan bermotor dari anak dibawah umur. Jadi kita diarahkan ke Jasa Riharja dulu meminta tembusannya,” ungkap Meldi.
“Padahal kita kemarin juga didampingi perwakilan Pemerintah Desa, namun tetap tidak bisa. Kita juga mendapatkan saran dari dokter kaki Guntur memang harus di amputasi, tapi karena harus bayar tanpa ada jaminan BPJS, kami tidak sanggup membayarnya. Kami saat itu tidak paham harus kemana, merasa ribet dan berpikir merawat di rumah saja, karena merasa BPJS tidak berlaku,” lanjutnya.
Apa yang menimpa putra sulungnya, dengan adanya respon Pemerintah Daerah, Meldi berharap yang terbaik demi kesembuhan anaknya.
Sementara itu, Kepala Desa Terantang Hilir Abdul Muhid, mengungkapkan pihak Pemerintah Desa sudah berupaya semampunya membantu Guntur.
“Dari kejadian ini kami bersyukur mendapatkan tanggapan dari pemerintah daerah, walaupun mungkin dari kejadian ini sama-sama ada kekurangan dari kami,” ungkapnya.
“Alhamdulillah dengan keadaan viral di masyarakat luas membantu menyumbangkan donasinya untuk Guntur, dan Pemda menjamin semuanya. Dari uang yang kami kumpulkan kemarin sudah diserahkan ke yang bersangkutan untuk biaya rawat inap selanjutnya,” tutur Muhid.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.