BMKG meminta semua stakeholder siap-siap. Selat Sunda mulai kirim fenomena alam yang tak biasa, semua masyarakat diminta untuk lebih waspada. Peneliti Ahli Madya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohammad Ramdhan ikut membuka tabir ini.
Fenomena alam yang terjadi di Selat Sunda, Banten, mulai banjir dikomentari dan dibagikan oleh pengguna media sosial. Berdasarkan kajian dari BMKG, dari Pulau Sumatra hingga Jawa bagian barat pergeseran lempeng terdapat banyak sumber dari gempa.
Sumber-sumber itu bisa menjadi ancaman karena selain dari zona subduksi, sesar Sumatra dan sesar yang ada di Jawa.
Kemudian, pada 2018 longsoran Gunung Krakatau telah mengakibatkan terjadinya tsunami. Tak hanya itu, erupsi 1883 menyebabkan tsunami paling fenomenal dengan ketinggiannya mencapai 30 meter.
“Jawa bagian barat ada ibu kota, penduduk tinggi, daerah wisata. Tugas kita semua meningkatkan kesiapsiagaan kita meningkatkan adaptasi dengan fenomena alam,” tuturnya, pada Sabtu, 22 Januari 2022.
Karakter gempa banten yang terjadi pada 14 Januari 2022 itu terbilang merusak apabila dibandingkan dengan gempa di Malang dengan magnitudo 6,0.
Gempa yang dikabarkan terjadi selama lebih dari 12 detik itu menyebabkan lebih dari 3.000 rumah mengalami kerusakan. Kendati demikian, gempa Banten tersebut tidak menghasilkan bencana tsunami karena dinilai tidak cukup kuat untuk deformasi signifikan di permukaan bawah laut.
“Gempa selatan Banten, menurut BMKG, terjadi di zona subduksi masih kita diskusikan lagi di zona interplane atau transisi karena selain kedalamannya menengah, karakternya antara keduanya,” tegasnya.
Menurut Ramadhan, fenomena alam seperti gempa, tsunami, dan erupsi di Selat Sunda, Banten bisa berpotensi menjadi bencana apabila masyarakat tidak mampu beradaptasi.
Dia menilai adaptasi menjadi penting karena kawasan Selat Sunda memiliki potensi gempa maksimal hingga magnitudo 8,7. Gempa dengan kekuatan tersebut dinilai berpotensi menimbulkan tsunami yang tingginya bisa mencapai 20 meter.
Ramadhan mengatakan apabila fenomena alam itu terjadi, maka seluruh pihak harus siap dan memikirkan cara beradaptasinya.
“Seandainya terjadi kita harus siap, gempa bumi, tsunami, dan erupsi untuk memikirkan bagaimana beradaptasi,” Ungkap Ramadhan.
Menyinggung soal bencana yang terjadi di Kabupaten Pandeglang beberapa waktu lalu, Ramadhan menilai bahwa gempa berkekuatan magnitudo 6,6 itu merupakan foreschock. Ada energi yang dirilis sedikit-sedikit sebelum energi maksimal gempa (main shock) terjadi.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.