Para Alumni Studi Ilmu Lingkungan dari seluruh Indonesia mendeklarasikan Ikatan Alumni Studi Ilmu Lingkungan Indonesia (IASILI) di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN).
Deklarasi IASILI itu dilakukan secara simbolis dari Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur tepat di peringatan kemerdekaan Repbulik Indonesia Ke-77 pada Rabu, 17 Agustus 2022 dengan merangkul seluruh alumni Ilmu Lingkungan.
Deklarasi itu juga diikuti secara dari oleh para alumni Ilmu Lingkungan di seluruh Indonesia. Kolaborasi cukup mengejutkan ini fokus untuk menghadapi krisis global energi dan pangan saat ini serta mengawal Indonesia menuju 2045, termasuk pemulihan pembangunan akibat COVID-19.
Baca Juga : Ratusan IMO Ikuti Tourgabnas Resmi di Lepas Bupati Kotim
Tidak tanggung-tanggung, inisiator IASILI ini berasal dari berbagai alumni Universitas di Indonesia, antara lain :
- Sarkowi Zahry dari Universitas Mulawarman;
- Soleh Rusyadi dan Mahawan Karuniasa dari Universitas Indonesia;
- Yohanes Lebang dari Universitas Papua;
- Joko Santoso dari Universitas Palangkaraya;
- Arlen dari Universitas Sumatra Utara; dan
- Agus Haryanto dari Universitas Halu Oleo
“Serta degradasi alam dan keanekaragaman hayati, maupun kondisi lain planet kita yang sedang tidak baik-baik saja,” ucap Mahawan kepada MentayaNet.com pada Rabu, 17 Agustus 2022.
Ia menerangkan jika krisis itu berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia termasuk ekonomi, sosial, dan politik yang ada di kehidupan.
Baca Juga : Terciduk!!! Preman Pungli Tarif SPBU Ditindak Kilat Polres Kotim
“Ditambah dengan munculnya pandemi Covid-19 yang sampai saat ini pada kenyataannya belum tuntas. Permasalahan multisektor ini perlu upaya bersama,” tambahnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan UI (ILUNI SIL UI) menilai sains dan pilar lingkungan masih termarginalkan.
Mahawan menambahkan saat ini sudah waktunya alumni ilmu lingkungan hadir di barisan depan melakukan aksi nyata saat ini dan mengawal Indonesia menghadapi tantangan yang tidak ringan seperti krisis iklim, SDGs, IKN, pemulihan COVID-19.
“Serta potensi bencana dan disrupsi besar lainnya, serta agenda G20 dan implementasi konkretnya,” pungkas Mahawan.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Respon (2)
Komentar ditutup.