Anggota DPRD Kotim pantau kebersihan sungai yang menjadi sumber utama bagi masyarakat bumi habaring hurung ini mulai tercemar karena ketidakpedulian masyarakat itu sendiri.
Anggota DPRD Kotim, H.Darmawati menyoroti sungai mentaya yang merupakan salah satu sarana penyebarangan, objek wisata dan kehidupan keseharian masyarakat kotim kini malah kumuh dan berserakan sampah yang tidak semestinya ada.
Baca Juga : Sanitasi Air Sungai Mentaya Mulai Tercemar, Pemkab Kotim Diam Saja?
“Kepedulian masyarakat kita ini amat menurun, sampah dibiarkan mengapung hingga ketepi yang mana rumah mereka terlihat sangat kumuh, bau dan kotor. Ini juga menjadi faktor utama penyebabnya muncul berbagai macam penyakit,” ucap Darmawati kepada MentayaNet.com pada Kamis, 05 Mei 2022.
Pada akhirnya, dampak dari sampai disungai itu menjadi tumpukkan jika terus dibiarkan. Sampah ini tidak hanya dari warga yang berdomisili didaerah itu saja, melainkan adanya bawaan arus sungai.
Jika pemerintah daerah juga tidak memberikan pemahaman dan menyosialisasikan kepada masyarakat, ini akan berdampak bagi kesehatan bagi warga yang mengkonsumsi air itu, karena sungai mentaya ini sebagai sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) keseharian mereka.
Baca Juga : DPRD Kotim : Langgar Aturan, Truk Plat Luar Daerah Akan Ditertibkan !
Jika semakin banyak limbah dan sampah yang terdapat di sungai, maka aliran sungai akan terganggu sehingga dapat menimbulkan banjir saat hujan deras. Selain itu, limbah akan meracuni organisme sungai mulai dari hewan dan tumbuhan, sehingga ekosistem sungai menjadi terganggu.
“Disampaikannya ini jka limbah industri tersebut dibuang ke saluran air atau sungai, akan menimbulkan pencemaran air dan merusak atau memusnahkan organisme di dalam ekosistem tersebut, sehingga dampak buruknya bisa dua kali lipat,” tegasnya.
Legislator dari Fraksi Golkar ini menambahkan jika air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit seperti tifus, kolera, hepatitis dan berbagai penyakit lainnya. Ekosistem sangat dinamis dan merespons perubahan lingkungan bahkan yang terkecil sekalipun. Polusi air dapat menyebabkan seluruh ekosistem rusak jika dibiarkan tidak terkendali.
Kendati demikian, hal yang sudah pernah dibahasnya ini tidak digubrish oleh pemerintah daerah sehingga seakan mengacuhkan kepentingan untuk masyarakat. Didasari atas kesadaran bersama ia menginginkan pemkab dan warga melakukan gotong royong bersama warga setempat yang tinggal disitu untuk dapat membersihkan drainase dan saluran air atau sungai yang ternodai oleh tumpukan sampah.
Eksplorasi konten lain dari MentayaNet
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Respon (2)
Komentar ditutup.